NGGAK SEMUA PEMBALUT ITU SAMA: YOUR PAD, YOUR RISK


Menstruasi itu udah cukup drama mulai dari mood swing, perut melilit, jerawat dadakan, sampai craving makanan aneh tengah malam. Tapi di antara semua itu, ada satu hal penting yang sering kita anggap remeh: pembalut yang kita pakai. Kebanyakan dari kita asal ambil di minimarket yang penting nyaman, tipis, dan nggak bocor. Tapi tahu nggak sih, ternyata nggak semua pembalut diciptakan sama. Ada cerita yang lebih dalam di balik selembar benda yang setia menemani kita tiap bulan ini.

Bayangin deh, pembalut itu nempel di bagian tubuh yang sangat sensitif selama berjam-jam, bahkan seharian. Tapi sayangnya, banyak pembalut di pasaran yang justru dibuat dari bahan-bahan sintetis seperti rayon yaitu serat hasil olahan bubur kayu yang melalui proses kimia panjang. Biar terlihat putih bersih, pembalut juga sering diputihkan menggunakan klorin. Proses ini bisa menghasilkan zat bernama dioxin, yang dalam jangka panjang dianggap berpotensi mengganggu sistem kekebalan tubuh, bahkan bersifat karsinogenik. Memang sih, kadarnya kecil. Tapi karena ini produk yang kita pakai terus-menerus setiap bulan, risiko akumulasi tetap ada.

Belum lagi tren pembalut wangi yang katanya bikin segar. Padahal kenyataannya, parfum dalam pembalut itu bukan aroma alami, melainkan campuran bahan kimia sintetis yang bisa memicu iritasi kulit, alergi, bahkan gangguan keseimbangan pH di area kewanitaan. Area itu sangat sensitif dan punya mikroflora alami yang menjaga keseimbangan. Ketika keseimbangannya terganggu karena bahan asing, bisa muncul masalah seperti keputihan berlebih, gatal, bahkan infeksi jamur atau bakteri. Jadi jangan heran kalau kamu pernah merasa nggak nyaman atau gatal setelah pakai pembalut tertentu—itu bukan hal sepele.

Selain dari bahan dan parfum, ada juga hal penting lain: kebiasaan mengganti pembalut. Banyak yang merasa aman-aman aja pakai pembalut sampai 6-8 jam tanpa ganti, apalagi kalau lagi nggak terlalu banyak darah. Padahal, meskipun kamu merasa masih “kering”, bakteri tetap berkembang biak di situ. Darah menstruasi adalah medium ideal untuk bakteri, dan kalau terlalu lama dibiarkan, bisa memicu infeksi atau bahkan risiko langka seperti TSS (Toxic Shock Syndrome). Idealnya, pembalut diganti setiap 4 jam sekali—terutama di siang hari saat kita banyak beraktivitas.

Sekarang juga makin banyak pilihan pembalut yang katanya lebih "natural" atau "organik", tapi jangan asal percaya label. Selalu baca kandungan bahannya, cari tahu brand-nya, dan dengarkan respon tubuh kamu. Setiap tubuh beda-beda, dan pembalut yang cocok di teman kamu belum tentu cocok buat kamu.

Akhirnya, yang paling penting adalah kita mulai lebih peduli dengan apa yang kita tempelkan ke tubuh kita sendiri. Memilih pembalut itu bukan cuma soal kenyamanan atau harga murah. Itu soal kesehatan jangka panjang. Kalau kita bisa pilih skincare terbaik untuk wajah, kenapa nggak melakukan hal yang sama untuk area kewanitaan kita? Your pad, your risk. Kamu yang pilih, kamu juga yang akan merasakan dampaknya.

 

Komentar