SLEEPING BEFORE 10 PM: SCIENCE OR SOCIAL PRESSURE?

 


Selama bertahun-tahun, kita sering mendengar anjuran untuk tidur lebih awal idealnya sebelum jam 10 malam. Katanya, tidur lebih cepat bisa bikin tubuh lebih sehat, pikiran lebih jernih, dan hidup lebih teratur. Anjuran ini datang dari mana-mana: dari buku self-help, influencer produktivitas, bahkan dari nasihat orang tua yang sejak kecil menekankan pentingnya tidur cepat agar “besok nggak ngantuk di sekolah.” Tapi, apakah benar tidur sebelum jam 10 malam itu memang terbukti secara ilmiah? Atau jangan-jangan, ini cuma tekanan sosial yang dibungkus dalam narasi kesehatan?

Kalau kita bicara dari sisi biologi, tubuh manusia memang punya sistem jam internal yang disebut ritme sirkadian. Ritme ini bekerja selaras dengan siklus terang-gelap selama 24 jam. Ketika hari mulai gelap, terutama sekitar jam 9–10 malam, tubuh secara alami mulai memproduksi hormon melatonin — yaitu hormon yang membuat kita merasa mengantuk. Jadi, dari sisi ini, bisa dibilang bahwa tidur sekitar waktu itu memang sejalan dengan mekanisme alami tubuh.

Proses-proses penting seperti perbaikan sel, regulasi hormon, hingga pembentukan memori juga terjadi lebih optimal saat kita tidur cukup dan mengikuti irama alami tubuh. Penelitian bahkan menunjukkan bahwa tidur sebelum tengah malam bisa membantu kerja organ hati dan memperkuat daya tahan tubuh.

Tapi, apakah itu berarti semua orang harus tidur sebelum jam 10 malam? Ternyata nggak sesimpel itu. Ada juga orang-orang yang secara genetik memang cenderung aktif di malam hari. Mereka biasa disebut sebagai “night owl” atau burung hantu malam. Otak mereka justru lebih aktif dan kreatif saat malam, dan mereka baru benar-benar merasa mengantuk setelah lewat tengah malam. Untuk mereka, memaksa diri tidur jam 10 malam justru bisa menimbulkan stres atau malah kesulitan tidur.



Dalam budaya yang sangat menjunjung produktivitas dan kedisiplinan, tidur lebih awal sering dianggap sebagai tanda bahwa seseorang itu “niat hidupnya.” Banyak juga tren di media sosial yang mendorong gaya hidup bangun jam 5 pagi, meditasi sebelum matahari terbit, atau konsep seperti “5AM Club” dan “Miracle Morning.” Semua ini tentu saja bisa bermanfaat, tapi juga bisa menimbulkan tekanan terselubung: seolah-olah kalau kamu tidak tidur jam 9 malam dan bangun jam 5 pagi, kamu sedang menyia-nyiakan hidup. Padahal, setiap orang punya ritme dan kebutuhan yang berbeda.

Jadi, apakah tidur sebelum jam 10 itu perlu? Jawaban paling jujurnya: tergantung. Kalau kamu merasa lebih segar, lebih fokus, dan lebih sehat dengan tidur lebih awal, tentu itu bagus. Tapi kalau kamu tipe orang yang justru lebih produktif di malam hari dan tetap bisa memenuhi kebutuhan tidur 7–9 jam per malam dengan kualitas yang baik, maka itu juga sah-sah saja. Sains tidak mengatur jam tidur secara kaku — yang penting adalah kualitas dan konsistensinya.

Akhirnya, tidur bukan cuma soal waktu, tapi juga tentang kenal dengan diri sendiri. Kita bisa belajar dari sains, tapi tetap memberi ruang pada fleksibilitas hidup. Tidur lebih awal bisa jadi pilihan sehat, tapi bukan satu-satunya jalan menuju keseimbangan. Jadi, daripada ikut-ikutan tren tanpa memahami kebutuhan tubuh sendiri, mungkin lebih baik kita bertanya: tidur jam 10 ini benar-benar kebutuhan biologisku, atau cuma bagian dari tekanan untuk terlihat “beres” di mata orang lain?

Dan apapun pilihan kamu… semoga malam ini kamu tidur cukup, dan bangun dengan hati yang lebih ringan. 🌙




Komentar