LEBIH JADI PRODUKTIF 24/7: BOLEHKAH HIDUP BIASA AJA?

Kita hidup di era di mana diam dianggap malas, istirahat terasa bersalah, dan jadi biasa-biasa saja seolah kurang bersyukur. Setiap hari media sosial membombardir kita dengan konten "How I Became a Millionaire at 23", "5 AM Club Routine", dan daftar to-do yang panjangnya bisa bikin minder hanya dengan membacanya. Produktivitas bukan lagi sekadar alat, tapi telah berubah jadi identitas. Dan kalau kamu nggak ikut jadi sibuk, kamu dianggap tertinggal.

Tapi pernah nggak sih kamu merasa capek bukan karena kerjaan, tapi karena merasa harus terus produktif? Rasa bersalah muncul kalau kamu rebahan 30 menit tanpa membuka laptop. Bahkan scrolling Instagram sambil nonton YouTube pun kamu rasionalisasi sebagai “multitasking ringan”. Padahal, diam-diam otakmu minta istirahat.

Kita jadi terbiasa mengukur hidup dari pencapaian. Seolah yang bikin kita berharga itu adalah seberapa banyak yang bisa kita kerjakan dalam sehari. Tapi di balik semuanya, ada pertanyaan yang jarang kita tanya: bolehkah aku hidup biasa aja?

Biasa aja, dalam arti nggak harus punya pencapaian viral. Biasa aja, dalam arti bangun agak siang di hari libur tanpa merasa bersalah. Biasa aja, dalam arti menjalani hidup yang lambat, sepi, dan tidak penuh target. Karena jujur, tidak semua hari harus diisi dengan goals besar. Tidak semua waktu harus dimanfaatkan secara "efisien".

Ironisnya, ketika kita memaksakan produktivitas tanpa henti, hasilnya justru kontraproduktif. Tubuh kelelahan, pikiran jenuh, dan kreativitas malah tumpul. Kita mungkin menyelesaikan banyak hal, tapi kehilangan rasa hidup di dalamnya. Kita sibuk, tapi kosong.

Mungkin sudah waktunya kita mendefinisikan ulang arti sukses dan produktif. Bahwa sukses bisa berarti bisa makan siang dengan tenang tanpa membalas chat kerjaan. Bahwa produktif bisa berarti tahu kapan harus berhenti. Bahwa hidup biasa aja pun tetap layak dibanggakan.

Karena dalam dunia yang terus mendorong kita untuk "lebih", memilih cukup adalah bentuk keberanian.
Dan kalau hari ini kamu merasa lelah karena terus mengejar produktivitas yang nggak ada ujungnya: tenang, kamu nggak sendiri. Kita semua sedang belajar bahwa jadi manusia bukan berarti harus jadi mesin.

Jadi, bolehkah hidup biasa aja?
Boleh banget.


Komentar